Ad Code

Penjelasan Film Midsommar (2019)


Ari Aster sudah memukau saya lewat (baru) dua filmnya. Saya pernah membuatkan penjelasan untuk film pertamanya, Hereditary (baca penjelasannya di sini), maka saya merasa perlu untuk membuatkan artikel penjelasan untuk film keduanya, Midsommar. Saya tahu kamu mungkin keluar dari bioskop dengan perasaan sedikit bingung (sebagaimana saya), dan butuh asupan penjelasan tentang apa yang sesungguhnya terjadi (apa maksud senyum dari Florence Pugh di ending film?). Ari Aster sendiri juga menegaskan bahwa tujuan ia bikin film ini adalah memang untuk membingungkan penonton. Maka kalau kamu nonton film ini dan merasa sedikit bingung, berarti film ini memang berhasil (atau kita aja yang bodoh haha)... 

Berikut ini saya akan berusaha memberikan penjelasan versi pemahaman saya yang sebagian saya dasarkan dari wawancara Ari Aster. Sekali lagi saya kasih tahu, bahwa saya nonton ini di bioskop dengan sensor 9 menit (dan saya sempat kelewatan 5 menit karena harus ke kamar mandi di pertengahan film), yang artinya mungkin pemahaman saya tidak sepenuhnya utuh... Dan tentu saja, tulisan ini mengandung SPOILER. Sebelumnya, bagi yang belum membaca review lengkap saya tentang Midsommar, bisa click disini. 

THE STORY

Cerita dimulai dari Dani (Florence Pugh) yang kebingungan dengan email yang dikirim oleh saudara perempuannya yang menderita bipolar disorder. Setelahnya, ia kemudian mengetahui bahwa saudara perempuannya baru saja bunuh diri dengan gas beracun dari knalpot mobil, dan membunuh kedua orangtuanya juga dengan cara yang sama. Pengalaman ini menimbulkan trauma bagi Dani, dan terutama membawa dampak buruk pada hubungannya dengan kekasihnya yang sebelumnya sudah tidak baik-baik saja, Christian (Jack Reynor). Setelah itu timbul perselisihan ketika Dani mengetahui Christian pergi ke Swedia dengan kawan-kawan kuliahnya tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Christian pun akhirnya mengajak Dani untuk ikut serta. Mereka ke Swedia untuk berkunjung ke komune asal Pelle (Vilhelm Blomgren), salah satu sahabat Christian. Kebetulan ada semacam acara festival merayakan musim panas di sana. Apa yang kelihatannya seperti tamasya yang menyenangkan kemudian berubah menjadi mimpi buruk. 

Kisah horror dimulai dengan mereka menyaksikan dua orang lansia yang melemparkan diri mereka dari atas tebing (sebuah ritual senicide yang Pelle sebut attestupa). Peristiwa ini tentu saja membuat trauma Dani, Christian, dan kawan-kawan lainnya, terutama Connie dan Simon - dua turis lainnya yang langsung minta pulang setelah menyaksikan peristiwa itu. Tapi salah satu tetua komune itu berusaha menjelaskan bahwa apa yang tampaknya mengerikan itu sebenarnya adalah sebuah tradisi yang menyimbolkan siklus kehidupan. Para lansia itu mati dengan "cara terhormat" alih-alih menanti ajal dengan cara yang buruk. Connie dan Simon tetap ngotot ingin pulang, sementara Christian dan kawan-kawannya Josh (William Jackson Harper) dan Mark (Will Poulter) yang mahasiswa antropologi memilih untuk bertahan. Kebetulan, Josh memang ingin menulis tentang komune Harga ini untuk bahan tesisnya, demikian pula dengan Christian (yang kemudian hal ini menimbulkan friksi di antara keduanya).

Hal-hal aneh makin menimbulkan kecurigaan saat Mark (Will Poulter) menghilang setelah dengan kurang ajarnya mengencingi pohon keramat. Pada malam harinya, tanpa meminta ijin Josh juga menyusup masuk ke dalam perpustakaan tempat kitab suci komune itu disimpan. Di sana ia kemudian melihat sesosok entah siapa mengenakan "kulit wajah Mark" (jahat ga sih, kayaknya Will Poulter dipilih main film ini karena mukanya yang unik, sehingga cukup mengerikan kalau dijadikan "topeng kulit wajah"), dan sebelum Josh bisa mencerna apa yang terjadi mendadak kepalanya dipukul. Keesokan harinya tetua Harga menanyakan kepada Christian dan Dani tentang kitab suci mereka yang hilang, dan Christian berusaha cari selamat sendiri dengan tidak mau disangkutpautkan dengan ulah Josh dan Mark. 

Dani kemudian diajak untuk ikut serta dalam kompetisi maypole dancing. Kompetisi ini diikuti para perempuan, mereka menari mengelilingi tiang kayu sambil mengenakan dress cantik dan flower crown. Mereka menari sampai kelelahan, dan siapa yang bertahan hingga terakhir akan meraih gelar May Queen. Dani kemudian terpilih menjadi pemenang. Ia pun diangkat dengan kereta untuk mengikuti ritual fertilitas dengan mengubur benih dan daging ke tanah. Sementara itu, Christian menjalani ritual fertilitas yang lain, ia baru saja menenggak minuman aneh yang membuat ia pusing dan berhalusinasi, dan kemudian membuatnya menyetubuhi salah seorang perempuan anggota komune dalam ritual seks yang aneh (di bioskop Indonesia adegan ini tentu saja disensor). Dani kemudian melihat adegan ini dan membuatnya mengalami panic attack. Setelahnya, Christian berlari dalam keadaan telanjang, tidak sengaja masuk ke dalam ruangan dimana ia melihat mayat Simon digantung dalam cara yang mengerikan. Seseorang kemudian membuatnya pingsan dan melumpuhkan tubuhnya. 


Pada babak akhir, Dani yang terpilih menjadi May Queen diharuskan memilih siapa yang akan ia korbankan untuk ritual terakhir. Apakah Christian, atau sukarelawan lain dari komune Harga. Ia pun memilih kekasihnya. Christian kemudian "dimasukkan" dalam kulit beruang dan ia dimasukkan ke bangunan suci berbentuk segitiga. Di sana sudah ada korban-korban lainnya: jenazah Simon, Josh, Connie, Mark, dua orang lansia yang mati di awal, dan dua orang sukarelawan dari komune Harga. Kemudian bangunan itu dibakar - yang artinya membakar para penghuninya. Dani, awalnya menyaksikan itu semua dengan wajah bingung dan mual, sebelum akhirnya kamera yang menyorotnya memperlihatkan bahwa ia tersenyum ~

SO.... WHAT THE FUCK IS GOIN' ON?

Saya rasa ini udah cukup jelas ya. Midsommar bukan film dengan puzzle yang harus dipecahkan.  Dani, kekasih, dan kawan-kawannya sebenarnya "dipancing" untuk menjadi korban persembahan dalam ritual komune sinting tersebut. Sebagian sekedar menjadi korban persembahan, sedangkan Christian terpilih untuk menjalani ritual seks yang ga waras.

APA MAKSUD ARI ASTER SEBENARNYA?

Cara paling gampang untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi adalah membaca interview sang sutradara sekaligus penulis naskah, Ari Aster. Dalam banyak interview-nya, Ari Aster tampaknya sudah cukup jelas mengindikasikan bahwa film ini punya 2 makna. Bagi Christian dan kawan-kawannya film ini adalah folk-horror, sementara bagi Dani film ini adalah fairy tale. 

DANI & CHRISTIAN'S RELATIONSHIP



Konon kabarnya, perusahaan film Swedia meminta Ari Aster untuk membuatkan film (tentang Swedia). Saat itu, katanya Ari Aster baru saja putus dengan kekasihnya, sehingga ia terinspirasi untuk membuat breakup movie. Lepaskan genre horror dari film ini, maka kamu seperti menonton film dimana seorang perempuan yang mempunyai masalah dalam hidupnya tidak mendapatkan support yang baik dari kekasihnya yang egois. Hubungan mereka bukan hubungan yang sehat dan baik-baik saja. Sebagai penonton kita diajak untuk mikir: "Dani, Christian bukan cowok yang pantas buat kamu! Kamu berhak dapat cowok yang lebih baik lagi!" - dan cowok yang tepat untuk Dani sebenarnya sudah ada di depan matanya (di film ini, tampaknya si Pelle). Kita biasa membuat film romantis dari premis ini. Tapi ya kan ini film horror guys ~

Menariknya, Ari Aster tidak sepenuhnya menjadikan Dani dan Christian sebagai karakter hitam putih. Dani bukan cewek yang sempurna, ia punya masalah keluarga dalam hidupnya, mengalami gangguan kecemasan, dan ini membuatnya sangat bergantung pada Christian. Kita bisa mengatakan bahwa tidak adil untuk melimpahkan seluruh permasalahan kita kepada kekasih - walaupun ya bisa dibilang kita mencari pacar yang bisa memberikan kenyamanan dan ruang yang aman dalam hidup kita. Sementara Christian, ya ia memang rada brengsek sih, tapi ia bukan cowok paling brengsek di dunia (Mark jauh lebih menyebalkan). Setidaknya, ia masih berusaha mencoba bertahan dalam hubungan mereka karena tahu bahwa Dani membutuhkannya. Dengan karakter-karakter abu-abu inilah tampaknya yang membuat Ari Aster berusaha mempermainkan perasaan kita. Tentu kita bersimpati sepenuhnya pada Dani sebagai protagonis, namun Ari Aster juga membuat kita masih kasihan dengan nasib yang diderita Christian... Bayangkan jika Christian sepenuhnya digambarkan dengan sangat brengsek, maka emosi kita setelah menonton film ini nggak akan sekuat itu. Kita justru akan bersorak kegirangan ketika Dani memilih Christian untuk menjadi korban, dan tampaknya ini bukan reaksi penonton yang diharapkan oleh Aster. Ari Aster ingin kita merasakan kengerian yang tidak mengenakkan. 

DANI'S FAIRY TALE



Film ini berpusat pada kisah Dani. Di awal cerita, Dani digambarkan mengalami tragedi yang sangat traumatis (termasuk bikin trauma saya sebagai penonton). Ia kehilangan seluruh keluarganya. Alicia Wilkinson dari voxdotcom menyebut bahwa kisah dalam Midsommar ini mengingatkannya dengan karakter utama dalam cerita-cerita Disney, dimana kisah dimulai dengan seorang gadis yatim piatu dengan nasib yang malang (sebut saja Snow White dan Cinderella), dan keseluruhan cerita setelahnya adalah bagaimana sang gadis akhirnya mendapatkan kebahagiaan. 

Dani baru saja kehilangan keluarga dan tidak mendapat support system yang layak dari pacarnya yang tampaknya tidak terlalu mempedulikannya dan bertahan hanya karena "kewajiban". Ia berusaha memendam kesedihannya diam-diam agar emosinya tidak mengganggu hubungannya dengan Christian (saat sedih ia cenderung mencari kamar mandi atau menyendiri untuk menangis). Selayaknya Snow White yang bertemu tujuh kurcaci, atau Cinderella yang bertemu ibu peri, Dani ia kemudian menemukan apa yang ia butuhkan pada komune Harga ini (terlepas dari seberapa sintingnya perilaku orang-orang tersebut di film ini). Dani akhirnya mendapatkan keluarga baru yang bisa merangkulnya. Sepanjang cerita, tampaknya hal-hal buruk juga tidak pernah benar-benar terjadi pada Dani. Ia malah disambut dengan cukup hangat, dan seolah-olah ia ditakdirkan untuk bisa menjadi May Queen. Hal buruk yang menimpanya hanyalah saat melihat Christian bersetubuh dengan perempuan lain (tapi toh ia memang sudah seharusnya mencampakkan Christian). Dan ketika ia shock dan menangis meraung-raung, anggota perempuan Harga yang lain merangkulnya dan ikut menangis bersamanya, menyinkronkan napas dan teriakan dengan napas dan teriakan Dani, seolah-olah menunjukkan empati pada kejadian buruk yang terjadi pada Dani. Dani akhirnya mampu melepaskan seluruh emosinya (termasuk segala duka yang menyesakkan jiwanya), dan seluruh komune itu seperti memberikan dukungan yang ia butuhkan. Coba ingat juga dialog ketika Dani ngobrol dengan Pelle, dan Pelle bilang bahwa ia kehilangan kedua orangtuanya saat kecil namun seperti mendapatkan keluarga baru dari sesama anggota komune yang lain sehingga ia tidak pernah merasa sendirian. Hal itulah yang didapatkan Dani dari komune Harga ini: sebuah dukungan agar ia tidak merasa sendirian lagi. By the way, kalo dari kacamata antropologi, komune semacam ini memang menawarkan sesuatu yang tidak ada di masyarakat modern yang lebih individualis. Dalam komunitas kecil, mereka memang saling bergantung satu sama lain sehingga melahirkan kehidupan sosial yang saling mendukung.

Penjelasan inilah yang tampaknya mampu menerangkan kenapa sepanjang peristiwa buruk terjadi sepanjang film, ekspresi Florence Pugh sebagai Dani lebih tepat dikatakan "selalu bingung" daripada takut dan ingin kabur dari situ. Ia sebenarnya lebih tampak bingung dan stress dengan masalahnya sendiri (dihantui bayangan keluarganya, merasa Christian ga peduli kepadanya). Hal inilah yang bisa menjelaskan alasan Dani tersenyum di bagian ending. Ia akhirnya menyadari bahwa sudah saatnya ia "mencampakkan" kekasihnya, dan mendapatkan "kebahagiaan" dan kebebasan yang layak ia dapatkan...


Post a Comment

0 Comments

Close Menu